Jumat, 13 Februari 2009

Beijing, kota wisata moderen tetapi ramah lingkungan


*Catatan perjalanan wisata (tour) ke China (bagian 1)

----------------------------------------------------------
Saya sendiri tidak pernah bermimpi akan mengunjungi tanah Tingkok (China). Selain saya tidak punya akses ke negeri Tirai Bambu ini, juga biaya untuk pergi ke China tentu sangat besar. Tetapi perusahaan tempat saya bekerja (Group Cenederawasih Pos) ternyata memberi saya kesempatan untuk mengelilingi daratan China, mulai dari Utara sampai Selatan Tingkok. Sebuah perjalanan yang sangat melelahkan tetapi juga sangat mengasyikkan. Ada tiga kota paling besar dan menjadi impian jutaan wisatawan dunia di China, yakni Beijing, Shanghai dan Guanzho, juga kami kunjungi. Bahkan kami juga mengunjungi kota industri berteknologi tinggi di Zhenchen, berbabatasan dengan Hongkong dan Macao. Sekedar berbagi cerita, berikut ini cacatan perjalanan wisata saya selama delapan hari di daratan China
------------------------------------
Oleh : OCTOVIANUS DANUNAN

PERTENGAHAN September, dimana peralihan musim gugur dan musim dingin, adalah musim yang paling sejuk di China. Musim inilah yang biasanya dipilih para wisatawan untuk datang ke China, karena tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin (sejuk).

Di China dikenal ada empat musim berganti, karena daratan ini lebih condong ke kutup utara. Di sini dikenal musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi.

Puncak musim panas terjadi pada bulan Juli. suhu udara di sini bisa mencapai 38 s/d 40 derajat celcius. Sementara pada musim dingin, puncaknya terjadi pada bulan Desember. Suhu udara bisa mencapai delapan sampai 12 derajat Celcius di bawah nol. Di sini juga terlihat salju membalut negeri China. Oleh sebab itu, udara yang paling sejuk di China, hanya terjadi pada bulan September saja.

Pada musim inilah yang kami pilih untuk berwisata ke China. Pagi yang cerah, tanggal 13 September 2006, akhirnya kami menginjakkan kaki di Banadar Udara Beijing. Waktu itu jam menunjukkan pukul 07.00 pagi waktu Bejing. Perbedaan waktu di Beijing dengan kita sama dengan Waktu Indonesia Tengah (WITA). Udara yang sejuk dan cuaca yang cerah seolah menyambut kedatangan kami , memberi kesan yang indah saat pertama kalinya menginjak daratan China.

Rombongan kami terdiri dari 24 orang, ditambah tiga orang tour leader (pemandu tour) dari Jawa Holiday. Jawa Holiday adalah sebuah biro perjalanan di Surabaya yang mengatur perjalanan kami mulai berangkat dari Jakarta, selama delapan hari di China, sampai kembali ke tanah air di Jakarta.

Sementara peserta rombongan kami terdiri dari para pemimpin anak perusahaan Jawa Pos Group yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia.

Kota pertama yang kami kunjungi, adalah ibu kota negara China, yakni Beijing yang berada di Utara China. Kota yang berpenduduk sekitar 15 juta jiwa ini, ternyata sangat indah, bersih dan bersahabat dengan lingkungan. Ribuan bangunan yang menjulang tinggi sangat teratur. Jalan yang lebar dengan pola jembatan layang bersusun lima. Setiap ruas jalan disertai dengan taman yang rapi. Sangat bersih dan terkesan asri. Rakyat di Beijing ternyata sangat ramah terhadap lingkungan. Tak satu pun terlihat bungkus permen di dalam kota. Setiap sudut kota dan jalur jalan, sudah ada petugas yang merawat taman, menyapu jalan sehingga sangat bersih, rapi dan sangat menyenangkan.

Di China tidak nampak perumahan penduduk yang kumuh (maaf) seperti di Indonesia. Karena di China, rakyat tidak diperbolehkan memiliki tanah atau rumah sendiri. Tanah di China dikuasai negara. Rakyat China hanya boleh menyewah (hak guna pakai) selama 70 tahun dengan harga antara 10 ribu sampai 30 ribu Yuan (mata uang China)/meter persegi, atau sekitar Rp 10 juta sampai Rp 30 juta kalau dirupiahkan.

Karena mahalnya sewah tanah di China, maka rakyat China lebih suka menyewah apartemen. Maka tidaklah heran jika negeri yang berpenduduk 1,3 miliar jiwa ini, akan terlihat ribuan apartemen yang menjulang tinggi ke langit. Di apartemen yang disewah inilah hidup 1,3 miliar jiwa penduduk China.

Selama kami di Kota Beijing, selain didampingi tiga pemimpin tour (tuor leader), setiap kota yang kami kunjungi juga sudah disediakan seorang Quide (pemandu wisata) yang pandai berbahasa Indonesia dan mengusai sejarah China dan tempat-tempat wisata.

Kami hanya bisa tertegun melihat gedung-gedung pencakar lagit yang mewah, serta ruas

jembatatan layang yang lebar. Di setiap sudut kota atau jalan, ada taman yang asri dengan warna-warni kembang, memberikan kesan betapa kota Beijing tertata rapi, bersih dan dangat terawat. Selain ada taman untuk menyejukkan kota, Rakyat China nyaris tak ada yang menggunakan sepeda motor. Di sini kita hanya menyaksikan ratusan sepeda sebagai alat transportasi yang sangat populer di China. Selain itu, masih ada Bus-bus bertenaga listrik (kereta kabel) yang tidak menimbulkan polusi udara. Untuk mengurangi kemacetan, pemerintah China selain membangun jembatan layang bersusun lima, juga dibangun jalur kereta api dalam tanah dan juga jalur kereta api jembatan layang dan lajur kereta api darat. Luar biasa.


Walaupun sangat padat penduduknya, tapi kemacetan dalam kota Beijing tidak terlalu terasa, kecuali ada ruas-ruas jalan tertentu yang menghubungkan beberapa kota besar, seperti ke Nanjing di Selatan Beijing yang juga menghubungkan kota-kota lainnya di Utara China. Fasilitas lain yang dapat di nikmati di Beijing, sealin terkenal dengan penataan kotanya yang bersih dan asri,juga di hampir semua sudut kota, dipampang layar televisi raksasa. Di gedung-gedung, di pasar, atau memasuki tangga Lift, di restoran selalu ada layar televisi. Rupanya pemerintah China sadar betul akan pentingnya berkomunikasi dan memberi informasi kepada rakyatnya. Setiap restoran yang kami kunjungi, selalu ada layar TV raksasa. Begitupun di ruang tunggu di air port, di bank, atau dimana saja tempat umum, selalu ada layar televisi yang cukup besar. Bahkan gedung pencakar langit pun bisa berfungsi sebagai televisi raksasa. “Rakyat China yang begitu banyak harus selalu ada dalam kendali pemerintah.” Itu kata Christine Quide kami.

Menurut Christine, Quide yang mendampingi kami selama tiga hari di Beijing, rakyat China yang masih menganggur, juga digaji pemerintah sebesar 400 Yuan/bulan, atau sekitar Rp 480 ribu/orang. Tujuannya untuk menghapus kemiskinan, juga untuk mengurangi kesenjangan. Di Kota Bejing yang penduduknya dua kali lipat kota Jakarta, kejahatan dapat dihitung dengan jari selama setahun. Pasalnya, hukum yang berlaku di sini sangat keras dan tegas. Kalau bersalah, hukumannya mati dan tak ada kompromi. Ini hampar sama dengan zaman Dinnasty Kaisar China masih berlaku selama ribuan tahun silam. Ada 13 dinasty yang hidup dalam hukum yang sangat keras. Kalau salah, kepala dipenggal, sebelum China merdeka tahun 1949. Rupanya hukum pada zaman dinnasty China inilah yang membuat rakyat China sampai sekarang sangat patuh dan taat terhadap hukum dan pemerintahnya.

Di Bejing selain terkenal keindahan kotanya, juga memiliki banyak obyek wisata yang membuat wisatawan dari seluruh dunia bermimpi untuk mengunjunginya. Di Beijing, sejumlah obyek wisata bertaraf internasional yang dapat di kunjungi. Diantaranya tembok China (The Great Wall) yang panjangnya 6.600 km. Membujur dari Timur ke Barat daratan China. Ujung tembok yang konon kabarnya dapat dilihat dari bulan ini, mulai dari Shan Hai Guam, provinsi Liao Ning di Timur China, sampai ke Jia Yu Guam provinsi Gan Su di Barat. Konon tembok ini di bangun oleh para Kaisar China selama beberapa dinnasty untuk melindungi rakyat Tiongkok dari tentara Mngolia yang dikenal sangat pandai berperang. Tembok China yang berbatasan kota Beijing diincar ribuan wisatawan manca negara setiap hari.


Rakyat China mempopulerkan tembok ini dengan istilah, “orang yang pernah memanjat tembok China, adalah manusia sejati.” Selain nama besar tembok China yang membahana ke dunia, di Beijing juga ada obyek wisata internasional lainnya, seperti istanah musim panas ( summer palace) yang sarat dengan sejarah kekaisaran Dinnasti Qing. Begitupun di tengah kota ada museum raksasa yang dikenal dengan Porbidden City (kota terlarang). Di museum ini, tersimpan benda-benda kuno bersejarah mulai dari Dinnasty China yang pertama yang hidup ribuan tahun lalu, seperti patung budha dari batu Giok Asli, Ada 9.999 buah kamar yang dibangun Kaisar Qing yang menurut sejarah memiliki selir 3000 orang, serta berbagai benda bersejarah yang tak ternilai harganya. Tempat tidur kaisar Qing juga masih ada di sini.
Mengintari museum ini kita harus berjalan kaki sepanjang tiga kili meter.

Di wilayah ini juga ada sebuah lapangan yang terkenal di dunia bernama Tian”men Square. Bisa menampung 10 juta orang setiap memperingati hari kemerdekaan China 1 Oktober dan hari buruh sedunia setiap bulan Mei. Disini akan nampak lautan manusia dari berbagai penjuru dunia bersama rakyat China memperingati hari kemerdekaanya. China merdeka dari agresi Jepang dan Inggris tahun 1945. Lebih mudah dari usia negara kita. Saat merdeka, China dipimpin oleh ketua Komunis Mou Che Tung yang saat ini namanya dan fotonya masih terpampang di Museum Porbidden City. (bersambung)


1 komentar:

  1. Blog yang menarik, mengingatkan saya akan Great Wall, bagian yang nampak pada masa kini didirikan sejak pemerintahan dinasti Ming, mereka membangun kembali banyak bagian tembok dengan batu dan bata, dan sering memperpanjang jalurnya melalui daerah-daerah yang sulit.
    Saya mencoba menulis blog tentang hal ini, semoga anda juga suka blog di https://stenote-berkata.blogspot.com/2018/10/beijing-di-great-wall.html

    BalasHapus